Meningkatkan Budaya Keselamatan di Industri Pertambangan: Pendekatan Model Hudson

Budaya keselamatan di industri pertambangan merupakan faktor krusial dalam mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan efisiensi operasional. Salah satu model yang banyak digunakan untuk mengukur dan meningkatkan budaya keselamatan adalah Model Hudson, yang membagi tahapan perkembangan budaya keselamatan menjadi lima tingkat, yaitu patologis, reaktif, kalkulatif, proaktif, dan generatif. Model ini memberikan kerangka kerja untuk menilai sejauh mana organisasi telah menginternalisasi prinsip keselamatan dalam setiap aspek operasionalnya.

Data terbaru dari International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan bahwa meskipun terdapat peningkatan dalam kesadaran keselamatan, kecelakaan fatal di sektor pertambangan global masih menjadi perhatian utama. Pada tahun 2023, ICMM melaporkan 33 kasus kematian di industri pertambangan, dengan penyebab utama berasal dari jatuhnya material, kegagalan peralatan, serta kurangnya kepatuhan terhadap prosedur keselamatan. Di Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa pada tahun 2023 terdapat 16 kecelakaan fatal di sektor pertambangan, dengan mayoritas insiden terjadi akibat lemahnya sistem mitigasi risiko dan rendahnya budaya keselamatan di tingkat pekerja.

Berdasarkan Model Hudson, banyak perusahaan pertambangan di Indonesia masih berada pada tahap kalkulatif, di mana keselamatan dianggap sebagai suatu kewajiban administratif yang dipenuhi untuk kepatuhan terhadap regulasi, tetapi belum sepenuhnya menjadi bagian dari nilai inti organisasi. Hal ini terlihat dari masih maraknya implementasi prosedur keselamatan yang bersifat formalitas tanpa adanya keterlibatan aktif dari pekerja dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman. Untuk beralih ke tahap proaktif atau bahkan generatif, diperlukan pendekatan yang lebih holistik, termasuk peningkatan keterlibatan manajemen puncak, penggunaan teknologi digital untuk mitigasi risiko, serta integrasi sistem keselamatan berbasis data.

Baca Juga :  Good Safety = Good Business: Investasi Keselamatan untuk Keberlanjutan dan Profitabilitas Perusahaan

Salah satu langkah strategis yang dapat diterapkan adalah pemanfaatan teknologi digital seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan digital twins dalam meningkatkan pemantauan kondisi kerja di area tambang. Studi yang dilakukan oleh McKinsey (2023) menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan predictive analytics berbasis AI dalam sistem keselamatan mereka mengalami penurunan kecelakaan kerja hingga 25%. Selain itu, penerapan sistem pelaporan keselamatan berbasis real-time memungkinkan perusahaan untuk merespons potensi bahaya lebih cepat dan lebih efektif.

Di samping pendekatan teknologi, perbaikan budaya keselamatan juga harus berfokus pada faktor manusia. Pelatihan keselamatan yang berkelanjutan, peningkatan komunikasi dua arah antara pekerja dan manajemen, serta pemberian insentif bagi pekerja yang secara aktif berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman merupakan langkah-langkah penting dalam memperkuat budaya keselamatan. Studi dari National Safety Council (NSC) AS menunjukkan bahwa organisasi yang menerapkan pendekatan partisipatif dalam keselamatan kerja mengalami peningkatan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan hingga 30%.

Dengan mengadopsi pendekatan berbasis Model Hudson dan memanfaatkan perkembangan teknologi digital, industri pertambangan di Indonesia dapat secara bertahap beralih ke tahap proaktif dan generatif dalam budaya keselamatannya. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan keselamatan pekerja, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi produktivitas dan keberlanjutan industri pertambangan secara keseluruhan.